Minggu, 30 Juni 2013

Gelar seni rupa anak

Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013: "Sana Sini Seni Budayaku"
Waktu: 29-06-2013 s/d 14-07-2013
di Galeri Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Timur 14, Jakarta Pusat
Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013
“Sana Sini Seni Budayaku”
Menampilkan lebih dari 200 karya karya seni rupa anak pilihan

Pembukaan
Sabtu, 29 Juni 2013, pukul 10.30 WIB
Tempat:
Galeri Nasional Indonesia,
Jl. Medan Merdeka Timur 14,
Jakarta Pusat

Diresmikan oleh:
Ibu Wiendu Nuryanti,
Wakil Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Bidang Kebudayaan

Acara pemaren berlangsung hingga 14 Juli 2013.

Workshop Seni Rupa Anak:
Sabtu, 29 Juni 2013, pukul 13.00-16.00 WIB

Kurator:
Kuss Indarto
Yuswantoro Adi
Citra Smara Dewi

***

Citra Smara Dewi:

SENI rupa merupakan bagian integral dari kesenian yang menekankan kepada aspek visual seperti elemen bentuk, warna, bidang, garis, tekstur, cahaya, dan elemen lainnya. Merujuk pada kata seni yang dalam bahasa Inggris disebut art, sementara dalam bahasa Latin ars, yang artinya keterampilan/kepandaian, maka karya seni termasuk didalamnya seni rupa memiliki dimensi keterampilan dalam konteks yang lebih luas. Bicara tentang seni maka tak bisa lepas dari kata keindahan atau estetika, berasal dari bahasa Yunani aisth, aisthesis, yang artinya adalah pengetahuan inderawi/sensual cognition, “aesthetica … est scientia cognitionis sensitivae.” Lalu bagaimana konteks keterampilan seni rupa bagi anak-anak?

Terlepas dari pengertian estetika yang kemudian berkembang menjadi lebih luas dan kontekstual dengan dinamika sosial masyarakat, setidaknya kata kunci “pengalaman inderawi” dapat dijadikan pegangan dalam menilai nilai-nilai keindahan dan kreativitas dari sebuah karya seni. Melalui pengalaman inderawi dalam melihat lingkungan yang paling dekat dengan anak-anak, seperti lingkungan keluarga, masyarakat luas bahkan dunia yang lebih luas, kita dapat melihat sejauh mana kepekaan dan daya imajinasi anak dalam melihat obyek karya seni rupa. Obyek-obyek yang tertangkap mata tidak selamanya di interpretasikan seorang anak dengan pendekatan sesungguhnya, karena daya imajinasi seorang anak sungguh tak terduga. Seorang anak kadang melukis bukan apa yang dilihat, melainkan apa yang dirasakan.

Peran pendidikan dalam menanamkan kepedulian terhadap nilai-nilai budaya sangat di kalangan anak-anak sangat penting, baik pendidikan informal: keluarga, lingkungan dan masyarakat maupun pendidikan formal dalam hal ini lembaga pendidikan baik Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP).

Gelar Seni Rupa Anak Indonesia 2013 ini, sangat menarik ketika tema yang diangkat tentang “Sana Sini Seni Budayaku”, yaitu mencoba melihat sejauh mana anak-anak Indonesia menginterpretasikan atau memaknai tetang konsep budaya dalam pendekatan dunia anak-anak. Dari kategori peserta yaitu usia yang setara dengan Play grup, Sekolah Dasar, dan Sekolah Menengah Pertama, dalam lingkup pendidikan formal maupun non-formal, tim kurator melihat berbagai dimensi kultural karya seni rupa anak-anak dari berbagai wilayah yang memberikan gambaran sebuah keterwakilan. Terdiri dari wilayah provinsi Jawa, Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, Nusa Tenggara Barat, NTT, hingga Papua…

---

Yuswantoro Adi:

Esensi atawa hakikat utama sebuah pendidikan seni rupa anak sebenarnya tidak jauh beda dari perlombaan. Barangkali pembedanya hanyalah soal juara dan hadiah saja. Meskipun di pendidikan kadang ada juara dan hadiah juga. Adapun hakikat keduanya adalah ruang bermain bagi anak untuk mengembangkan dirinya lewat kesenian. Dan ruang yang baik adalah ruang luas yang terbuka; membuka segala kemungkinan. Keluasan dan keterbukaan dalam konteks pembicaraan ini ada tiga hal. Ketiganya saya sebut sebagai tiga Ang, yakni; Senang, Kembang dan Kenang. Bukan semata-mata harus menjadi pemenang.

Senang. Siapapun yang mengikuti pendidikan/lomba seni rupa sudah barang tentu adalah anak yang senang menggambar pada awalnya. Tanpa modal kesenangan sebagai motivasi utama, misal, terpaksa atau dipaksa pihak lain, hanya akan menjadikan seterusnya kekeliruan dan masalah besar. Selanjutnya rasa senang itu harus terus-menerus dirawat dan dipelihara. Dengan memberi kebebasan dan keleluasaan pada anak untuk mengungkapkan kesenangannya lewat gambar, ditunjukkan contoh gambar hingga dipercaya untuk mencoba dengan tangannya sendiri menggambar dan menggambarkan adalah salah satu resep ampuh pemeliharaan rasa itu.

Kembang. Ruang ini harus menyediakan alat, bahan, sarana, prasarana, fasilitas serta kesempatan agar anak bisa berkembang dan mengembangkan dirinya. Pencarian, percobaan serta eksplorasi lain harus secara berkesinambungan ada dan diadakan. Ada begitu banyak metode yang biasa saya pakai dalam kelas seni rupa anak. Karena pasti akan bertele-tele, saya tidak akan menjelaskannya secara teknis, namun akan saya bocorkan sedikit saja. Membuat gambar dengan alat, bahan dan atau cara yang tidak biasa (namun tetap dengan pertimbangan keamanan, kesehatan, kesopanan dst) akan merangsang anak untuk lebih kreatif.

Kenang. Jadikanlah ruang ini sebagai sesuatu yang kelak akan terus dikenang oleh anak. Sebuah ruang yang menyenangkan, yang penuh inovasi, yang menemani perkembangan dirinya, yang ia jadikan kenangan indah hingga ia besar nanti. Artinya kita (guru/pendamping/panitia atau apalah namanya) memberi mereka sebanyak mungkin kemungkinan dalam mengolah seni. Teknik menggambar dan semacamnya tetap harus diajarkan serta di-uji coba-kan. Tetapi ingat sasaran atau tujuan utamanya bukan untuk menjadikan mereka juara atau expert. Hal ini perlu saya tegaskan agar tidak rancu dengan pendidikan formal/non formal kesenian yang diperuntukkan untuk orang dewasa. Ruang ini tidak dirancang untuk mencetak seorang anak menjadi seniman kecil, melainkan menyiapkan anak untuk mencintai dan mempunyai apresiasi yang baik terhadap kesenian. Itu saja. Bahwa kelak di kemudian hari mereka (si anak tersebut) tertarik menjadi seniman/pakar/expert/ahli di bidang seni, itu berada di wilayah atau ruang yang berbeda. 

---

Kuss Indarto:

Adakah hal yang tidak beres dalam praktik penyelenggaraan lomba lukis anak di Indonesia?

Dugaan-dugaan ketidakberesan ini mengemuka dari beberapa kemungkinan dan gejala. Hal yang terasa, pertama, penyelenggaraan perlombaan lukis anak sudah mulai berpola “industrial”. Dalam pola ini, perhelatan seperti dibuat sebagai mesin yang target utamanya adalah meraup keuntungan finansial sebesar-besarnya bagi penyelenggara, atau bahkan sponsor, dengan meninggalkan visi dan misi yang humanis yang menyentuh kepentingan dan kebutuhan dunia anak-anak. Kompensasi finansial yang diberikan sebagai hadiah untuk para juara hingga jutaan rupiah secara pelahan telah mengonstruksi cara pandang publik tentang kehadiran dan target dalam keikutsertaan seorang anak dalam sebuah lomba lukis.

Dugaan seperti atas, lambat laun bersambut dengan hal kedua, yakni peran sebagian orang tua yang telah bergeser perspektif pandangnya terhadap lomba lukis. Sebuah lomba lukis telah ditempatkan sebagai ajang pembuktian bagi keberhasilan orang tua yang telah memasukan anak-anaknya ke sanggar seni rupa. Kalau kalah, “Apa gunanya masuk sanggar? Gagal dong,” begitu kira-kira asumsi yang mulai berselimut di pikiran sebagian orang tua. Dan tentu saja sikap orang tua yang mulai menanamkan “mental-mau-menang-saja”, bukan mental siap kalah pada anak-anaknya yang membawa virus patologis yang negatif.

Masih bertalian erat dengan dua hal tersebut, poin ketiga, peran dan sepak terjang juri lomba lukis menemui persoalan ketika otoritas dan independensinya terganggu karena hanya menjadi sekrup kecil dalam ritus industrial yang tanpa visi humanis. Pada satu sisi, juri yang sebenarnya memiliki kemampuan dan otoritas di bidangnya tak jarang seperti dipaksa untuk menjadi legitimator bagi kepentingan lomba yang industrial tersebut. Pada sisi lain, terkadang peran juri ditempatkan sebagai “pelengkap penderita” saja.

KILASAN fakta dan pengalaman ihwal dunia lomba lukis anak itu kiranya bisa memberi bekal perenungan bersama. Ini, salah satunya, untuk mengembalikan porsi mendasar pada dunia anak-anak, yakni bermain. Bermain (play) merupakan istilah yang digunakan secara bebas sehingga arti utamanya mungkin hilang. Namun J.B. Brooks dan D.M. Elliot dalam Human Development (1971) memberi penjelasan cukup jernih bahwa bermain merupakan kegiatan yang dilakukan untuk kesenangan yang ditimbulkannya, tanpa mempertimbangkan hasil akhir.

Praktik melukis bagi anak-anak juga bisa disikapi dalam kerangka dan konsep bermain seperti itu, yang tanpa unsur keterpaksaan saat mempraktikannya. Sehingga, melukis bagi anak-anak memang sebaiknya diposisikan sebagai bermain (play), bukan sedang bekerja (work), atau apalagi sebagai beban (drudgery). Ketika unsur bermain menipis dalam praktik seni rupa anak-anak, maka spontanitas, ekspresi, kreativitas dan dunia imajinasi akan terpinggirkan. ***

tunjukkan senimu dan lihatlah hari yang cerah untuk senyummu teman :)

Pameran Tunggal lukisan I Nyoman suyasana 'Eksploitasi'

Mari kita ramaikan !

Pameran Tunggal Lukisan I Nyoman Suyasa ‘Eksploitasi’
Waktu: 28-06-2013 s/d 03-07-2013
di Tembi Rumah Budaya, Jl. Parangtritis Km 8,4 Sewon Bantul Yogyakarta
Pameran Tunggal Lukisan
I Nyoman Suyasa
‘Eksploitasi’

Pembukaan:
Jumat, 28 Juni 2013, pukul 10.30 WIB
Dibuka oleh Bp. Anusapati

Pameran berlangsung hingga 3 Juli 2013

di Tembi Rumah Budaya
Jl. Parangtritis Km 8,4 Sewon Bantul Yogyakarta

*

Pameran ini menampilkan karya-karya realis I Nyoman Suyasa yang mengangkat masalah eksploitasi manusia terhadap pohon yang menyebabkan kerusakan lingkungan.

I Nyoman Suyasa, lahir di Bali, 16 Juli 1976, adalah pengajar seni murni di ISI Surakarta, dan mahasiswa program pascasarjana S2 di ISI Yogyakarta.

Pameran tunggal sebelumnya, ‘Titik Balik’ di V-Art Gallery, Yogyakarta (2008). Sedangkan pameran bersama minimal setiap tahun, antara lain: Pameran “Drawing Expresion” di Galeri Biasa (2012), pameran bersama Detik 96 ‘Uprising’ di TBY (2011), ‘Pancaroba’ di Museum Dan Tanah Liat (2009), ‘Seni Di Antara Kita’ di Tembi Contemporary (2008), pameran Bali Art Now ‘Hibridity’ di Jogja Gallery (2008), pameran bersama Sanggar Dewata Indonesia ‘Re Inventing Bali’ di Sangkring Art Space (2008), ‘Father & Son’ di Hotel Tropic Nusa Dua Bali (2007), ‘Bali Neng Rasa’ di Balai Roepa Tembi (2005), dan pameran bersama Sanggar Dewata Indonesia di Galeri Nasional, Jakarta (2001).


continue to work for a prosperous nation

Sabtu, 29 Juni 2013

RAGAM INFORMASI DAN LOMBA: Lomba Foto Marathon Diajang Magelang Night Carniva...

RAGAM INFORMASI DAN LOMBA: Lomba Foto Marathon Diajang Magelang Night Carniva...: Segera daftaaaaar Lomba Foto Marathon Diajang Magelang Night Carnival. Magelang Night Carnival 2013 dimeriahkan 58 grub peserta karnaval.........[READ MORE]

open book Esia sunday school of photography



Mengundang seluruh rekan-rekan penikmat, pengkarya fotografi untuk hadir pada kegiatan Open Book- Esia Sunday School of Photography.

Hari/Tgl : Minggu 23 Juni 2013
Pukul : 09.00 WIB – Selesai
Tempat : de Kampoeng Cafe Stasiun (Samping Malang Post)

1. Diskusi dan Presentasi Foto Jurnalistik
oleh : Radityo Widiatmojo (Freelance Photographer)

2. Diskusi dan Presentasi Foto Komersial
oleh : Redy Agus Prihandoko (Reds Photography)

3. Hunting On The Spot.
- Traditional Java Dancer by Dudu
- Tradisional Java Fashion

GRATIS dan Terbuka Untuk Umum

Sumber: http://www.facebook.com/photo.php?fbid=184340381730095&set=gm.663248553701398&type=1&theater

Making a new path

gambarlah apa yang ada di dalam pikiran anda !
pikirkan dan lakukan 
tunjukkan karya seni kalian !


make creations in the tradition and make your world full of color 
for our creations treasure not tradition but not buy, because we only work for the nation's children
so, friends can join with our friends and we will work together

remain calm and relaxed and keep work friend :)
do it your self or do or die !!!
join with us manutoart :)

Kamis, 27 Juni 2013

Bahagia itu sederhana :)

berikut sedikit tentang hal hal kecil yang membuat hidupku menjadi lebih sederhana dan bahagia .
walaupun kadang juga aku masih ngerasa kangen dengan suatu hal kecil yang ingin aku lupakan ,itupun kalau aku bisa melupakanya ,
tapi menurutku puncak kangen paling dahsyat ,dimana seseorang tidak saling telepon , sms atau bbm , namun keduanya 'saling mendoakan :)









Bahagia itu sederhana , sederhana ketika aku membuka mata dari tidurku , dan aku menyadari kalo aku masih hidup .
sesederhana ketika aku membuka lemari es , lalu aku menemukan sesuatu yang manis dan yang sangat aku rindukan , yaitu eskrim coklat kesukaanku :)
sesederhana ketika aku melangkah keluar dan menemukan sekelompok kupu kupu tengah terbang dengan ceria mengitari bunga bunga di depan rumahku ,
dan sesederhana perasaanku ketika aku melihat senyum manismu , walaupun senyum itu bukan untukku :')

tetaplah manis dan tersenyum walaupun hidupmu berjalan tak sesuai yang kamu rencanakan :)
dan senyum adalah pesan kebahagiaan yang paling cepat sampai ke hati ,untuk itu jangan tunggu bahagia untuk tersenyum tapi tersenymlah agar bahagia :)

bahagiakanlah orang yang menyayangimu dan orang yang kau sayangi karena suatu saat nanti bagaimanapun caranya  orang - orang itu akan membuatmu tersenyum :)

senyuman itu bukan tentang memaksanya untuk tersenyum , tapi senyuman itu akan datang dengan sendirinya di saat kamu merindukan senyuman itu ,seperti aku merindukan senyumanmu :)

#aku diam bukan berarti aku tak merindukanmu !

Minggu, 16 Juni 2013

artwork :)









ini adalah secuil dari beragam karya submit daritemen temen, dan ternyata tidak cuma teman-teman artworker dari pontianak dan kalimantan barat yang ikutan men submit karya. ada juga karya dari teman perempuan semarang,yaitu kolase milik riska farasonalia , ada juga cerpen dari teman perempuan di bandung yaitu hera sin ,dan masih banyak lagi. semua kaya yang kita kumpulkan terdiri dari beragam karya seperti lukisan,fotografi,poster,design,kolase,sablon cukil dan lain lain :)

simple , kami hanya yakin bahwa seni mempunyai nilai yang penting dalam sebuah aksi dan pergerakan sosial .makasih banget buat temen temen yang sudah men-display sebelum acara berlangsung :)


                                                  tunggu event  selanjutnya yang akan datang                                    tetep kalem dan nyantai bareng kita Manutoart  . keep smile :)




aku dan sebuah cerita


mencintai ibarat melukiskan warna,lukisan itu akan tergoreskan sesuai dengan apa yang kita fahami dan kita rasakan , adakalanya kita melukiskanya cukup dengan satu warna , adapula yang melukiskan dengan jutaan warna , warna warna itulah yang membuat lukisan cinta kita semakin bermakna :)
adakalanya kita melukiskanya dengan warna yang sama dengan warna cinta orang lain,namun tetap saja hanya kita yang mengetahui makna di baliknya :)

maka buatlah lukisan cintamu bermakna , agar ia memberikan keindahan ,warna baru dan semangat baru agar ia memiliki kekuatan untuk berjuang,membangun , bahkan membantu kita saat rasa sulit sedang mendekati kita :)

**tapi berkali-kali kau membuatku bingung :(
  coretan terakhir di atas kain putih

hendra hehe works: little house and the prayer...coming soon...

hendra hehe works: little house and the prayer...coming soon... pameran lukisan yang akan hadir :)

Sabtu, 15 Juni 2013

ROZAKKE TIA K: THE LAST EXCECUTION

ROZAKKE TIA K: THE LAST EXCECUTION: WAW...! SEGER...! Kalo ngeliat foto ini teringat pada waktu yang lalu, di saat kegiatan terakhir bareng angkatan 18 "STRENGHT EIGHTE...